ASKEP
HARGA DIRI RENDAH (HDR)
OLEH
KELOMPOK
ABDUL HANAN
FAIZUN MULIADI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
(STIKES)MATARAM
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT akhirnya makalah tentang “ASKEP HARGA DIRI RNDAH
(HDR)” ini dapat kami selesaikan.
Dalam
penyusunan makalah ini kamimenyadari
masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itukami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah
ini menjadi lebih bermanfaat untuk
para mahasiswa pada umumnya dan untuk teman sejawat perawat pada khususnya.
Mataram, 1 juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar .....................................................................................................
Daftar isi ...............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A.
Latar belakang ....................................................................................
B.
Rumusan masalah ...............................................................................
C.
Tujuan .................................................................................................
Bab II Pembahasan
A.
Pengertian ...........................................................................................
B.
Etiologi ...............................................................................................
C.
Patofisiologi .......................................................................................
D.
Rentang Respon .................................................................................
E.
Masalah Keperawatan Yang Mungkin
Muncul...................................
F.
Contoh Aplikasi Komunikasi
Terapeutik Pada Sp Klien....................
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan .........................................................................................
B.
Saran ...................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan
pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang
serius. Dampak kehilangan tersebut sangat memengaruhi persepsi individu akan
kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah
mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut
mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat
melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya
tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu
kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali.
Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan
pendekatan secara individual maupun kelompok.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
7. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
diri rendah?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
9. Bagaimana contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat
mengambil tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
diri rendah
8. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
9. Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
- Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2005).
- Individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
- Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998).
- Perasaan negative terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1998).
B. ETIOLOGI
1.
Faktor predisposisi
Faktor
predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah
adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep
diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
C. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi yang biasa muncul pada klien
gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria (2009) :
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Kurang memperhatikan perawatan diri
- Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang
tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
D. PROSES TERJADINYA MASALAH
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan
proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan.
Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang
perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
memberi respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan
banyak factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri
tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah
kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan
positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis..
E. RENTANG RESPON
Harga
diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment
(Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara
klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama
penyakit lain.
Menurut
NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal
yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus,
mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada,
selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung
pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu
serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai
dirinya.
Mekanisme
koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti identitas
sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
Jika
mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu
akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri
rendah juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis,
psikologis, social dan cultural.
Factor
biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan
harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur
otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah
dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa
membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila
ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak
dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan
perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
F. MASALAH KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan
Diagnosa Keperawatan
Harga
Diri Rendah
G. CONTOH APLIKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA SP KLIEN
SP 1 pasien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dialtih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.
Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan di rumah
sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Di
mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
Kerja
“T,
apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan
kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”
“T,
dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit?
(mis.ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang,
coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. baik,
yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang
kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T! Coba
lihat, sudah rapikah temapt tidurnya?”
“Nah,
kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut! Bagus!”
“T
sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan
dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba
T lakukan dan jangan lupa member tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M
(mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan
dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat member
kertas berisi daftar kegiatan harian).”
Terminasi
“Bagaimana
perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan merapikan tempat tidur? Ya,
T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T praktikkan dengan baik
sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat, jam 4 sore.”
“Besok
pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring… kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di
dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!”
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a.
Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c.
Pandangan hidup yang
pesimis
d. Penurunan produktivitas
e.
Penolakan terhadap
kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan
bicara lambat dengan nada suara lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar